Tampilkan postingan dengan label Islam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Islam. Tampilkan semua postingan

16 Agustus 2008

Hisab Ramadhan Syawal 1429H

Alhamdulillah, tidak lama lagi (jika Allah masih memberi umur) kita akan menjumpai bulan suci ramadhan, bulan yang kita nanti-nantikan.

Seperti yang telah saya lakukan dalam beberapa tahun terakhir, saya mencoba menghitung dengan kemampuan saya yang terbatas, dengan jurus yang sama seperti tahun lalu dan sebelumnya lagi (belum nambah ilmu nih)

Dari kalender bulan dari NASA, ijtimak atau konjungsi bulan pada tahun ini:
Ramadhan --> Tanggal 30-08-2008: 19:58 UTC (31-08-2008 02:58 WIB )
Syawal ------> Tanggal 29-09-2008: 08:12 UTC (29-09-2008 15:01 WIB)

Dari data diatas tebakan saya mayoritas ormas atau lembaga berwenang akan seragam dalam menentukan awal ramadhan. Megapa? Karena data menunjukkan jarak antara konjungsi dengan terbenam matahari terpaut cukup lama( 21 jam untuk WIB dan 23 Jam untuk WIT). Semakin lama jarak konjungsi dan terbenam matari, semakin jauh jarak sudut antara matahari dan bulan sehingga kemungkinan besar Hilal pasti terlihat pada sore hari tanggal 31 Agustus 2008. Dengan demikian umat islam akan memulai ibadah shaum ramadhan mulai tanggal 1 september 2008.

Berbeda untuk penentuan akhir ramadhan. Ijtima' tarjadi hanya sekitar 3 jam sebelum matahari terbenam untuk wilayah Indonsia Barat, dan 1 jam untuk wilayah indonesia timur. Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, situasi ini menyebabkan hilal (walaupun diatas ufuk) kecil kemungkinan bisa dilihat mata. Karenanya ada potensi perbedaan tanggal untuk penentuan 1 syawal di masyarakat. Bisa jadi sebagian masyarakat berpuasa selama 29 hari, namun ada yang menggenapkan 30 hari. Sebagai perbandingan, tahun 2007 lalu jarak konjungsi dengan terbenam matahari adalah 5 jam. Saat itu Pemerintah memutuskan 1 syawal jatuh esok lusa, sementara Muhammadiah memutuskan esok hari.

Pada uraian di atas saya hanya memperhitungkan faktur jarak waktu antara konjungsi dengan matahari terbenam. walapun tidak akurat karena banyak faktor lain yang harus dipertimbangkan seperti ketinggian, fase dan sudut elongasi terhadap matahari (dan kebetulan sekarang ini bukan fokus oprekan saya), mungkin ini kriteria yang paling mudah dipahami oleh masyarakat awam. Saya akan coba jelaskan sedikit dengan bahasa yang sederhana.

Jika pada saat konjungsi jarak matahari-bulan nol derajat, maka setelah itu pelan-pelan bulan mulai berjarak terhadap matahari. Semakin lama semakin jauh. Oleh karena itu, ketinggian bulan (saat matahari terbenam) tergantung sudah berapa lama konjungsi terjadi dimana semakin lama, semakin tinggi. yang paling mudah adalah jika konjungsi terjadi lebih dari 7 jam saat matahari terbenam, hampir bisa dipastikan hilal dapat terlihat. Namun jika konjungsi terjadi kurang dari 7 jam sebelum matahari terbenam, maka kemungkinan besar hilal sulit dilihat, dan para ahli hisab mungkin akan berselisih karena kriteria hilal di saat kritis tersebut sampai saat ini ada banyak versi dan masih diperdebatkan.

Jadi, kalau ada perbedaan lagi, pilih yang mana? Buka mata, buka pikiran, putuskan dengan ilmu dan yakinkan dengan iman. insya Allah, posting ini akan saya update dengan link dari artikel lain yang bermanfaat.

Oyah hampir lupa. selamat menjalankan ibadah di bulan suci Ramadhan.

Seputar Rukyah dan hilal
Artikel di Blog Mutoha
Kriteria Said Jenie tentang Hilal
Situs Rukyat-Hilal Indonesia

Seputar Awal Ramadhan/Syawal 1429H

03 September 2007

Hisab Ramadhan Syawal 1428H

Alhamdulillah, tidak lama lagi (jika Allah masih memberi umur) kita akan menjumpai bulan suci ramadhan, bulan yang kita nanti-nantikan.

Menjelang datangnya bulan ramadhan biasanya orang ramai memperselisihkan kapan pastinya jatuh tanggal satu ramadhan dan tanggal satu syawal. Hal ini tampaknya "sudah menjadi tradisi" karena selalu terjadi setiap tahun. Ironis memang. Sebenarnya saya berharap bahwa tahun ini akan ada sebuah solusi dimana kita masyarakat Indonesia bisa megawali serta mengakhiri bulan ramadhan secara serempak tanpa ada perselisihan. Namun sebenarnya saya agak pesimis karena yang namanya keyakinan itu tidak bisa dipaksakan. Semoga Allah SWT menurunkan hidayahnya kepada kita semua.

Namun disisi lain saya merasa bersyukur, karena dalam satu dua tahun terakhir, isu ini menjadi bahan diskusi hangat, setidaknya di dunia blogsfer. Ada beberapa blogger yang cukup mumpuni di bidang astronomi memberikan analisis objektif seputar hisab, ada juga yang melakukan rukyah hilal dan menuangkan laporannya. Setidaknya masyarakat mendapat masukan ilmiah seputar penentuan awal ramadhan. Saya pribadi juga banyak mendapat tambahan ilmu.

Disini saya akan mencoba membuat analisis dengan ilmu saya yang terbatas. Saat ini saya masih menggunakan jurus yang sama seperti tahun yang lalu.

Berdasarkan kalender bulan dari NASA, ijtimak atau konjungsi bulan pada tahun ini:
Ramadhan --> Tanggal 11-09-2007: 11:4 UTC (18:44 WIB)
Syawal ------> Tanggal 11-10-2007: 05:01 UTC (12:01 WIB)

Dari data diatas, dapat disimpulkan bahwa pada tanggal 11 september, konjungsi terjadi setelah matahari terbenam yang artinya tidak mungkin terlihat hilal (karena bulan terbenam lebih dahulu dari matahari). Hal ini juga berlaku di Indonesia tengah dan Indonesia timur. Dengan demikian masyarakat Indonesia dapat dipastikan akan menggenapkan bulan sya'ban dan mulai berpuasa pada keesokan lusa yaitu tanggal 13 September 2007

Semetara ijtimak untuk bulan syawal terjadi pada tanggal 11 Oktober 2007 pada pukul 12.01 WIB. Umur bulan pada saat matahari terbenam kurang lebih lima setengah jam.
Umur bulan yang kurang dari 6 jam biasanya belum cukup umur untuk tampil sebagai hilal, walaupun faktanya pada saat matahari terbenam bulan berada diatas ufuk. untuk itu mari kita chek dengan menggunakan software mooncalc. Hasilnya untuk kota Jakarta adalah sebagai berikut:

Hisab 1428H 1

Hisab 1428H 2

Hisab 1428H 3

Hisab 1428H 4

Hasilnya, ketinggian hilal (di Jakarta) diperkirakan hanya sebesar 0.27 derajat dengan jarak waktu antara terbenam matahari dan terbenam bulan hanya 2 menit 30 detik. kalau ditinjau dari sudut pandang astronomi, ketinggian hilal sebesar ini terlalu tipis untuk bisa dilihat dengan mata telanjang. Namun bisa jadi ada orang yang "bisa melihat" hilal seperti ini. Kondisi hilal bulan syawal tahun ini kasusnya mirip sekali dengan syawal tahun lalu.

Dengan hasil seperti ini kemungkinan besar pemerintah akan menetapkan satu syawal jatuh pada tanggal 13 Oktober 2007, namun bisa jadi ada sebagian masyarakat yang akan merayakan idul fitri pada hari sebelumnya (12 Oktober 2007).

Selamat menunaikan Ibadah di bulan Ramadhan. Mohon maaf lahir dan bathin.

Artikel lain seputar penentuan Awal Ramadhan/Syawal 1428H:
- AWAL RAMADHAN, SYAWWAL DAN ZULHIJJAH 1428 H oleh M. Ma’rufin Sudibyo (pdf)
- Rukyatul Hilal Ramadhan 1428H
- Rukyatul Hilal Syawal 1428H

Artikel berkaitan pada tahun-tahun sebelumnya:
- Hilal Ramadhan
- Hilal Awal Ramadhan dan Hilal Awal Syawal 1427 H

10 April 2007

Navigasi Langit

Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kebesaran (Kami) kepada orang-orang yang mengetahui (QS Al An'aam:97)

".. dan (Dia ciptakan) tanda-tanda (penunjuk jalan). Dan dengan bintang-bintang itulah mereka mendapat petunjuk (QS An Nahl: 16)

Kedua ayat Alqur'an diatas menginspirasikan saya ketika menyusun Tugas Akhir sekitar 6 tahun yang lalu. Menurut Alqur'an, Salah satu hikmah diciptakannya bintang-bintang bagi manusia adalah sebagai alat bantu navigasi. Dari sini berkembanglah ilmu Celestial navigation atau dalam bahasa Indonesianya "Navigasi langit", sebuah cabang ilmu yang menggunakan bintang-bintang sebagai penunjuk arah dan kedudukan. penentuan kedudukan menggunakan bintang-bintang sudah dikenal sejak ratusan tahun yang lalu. terdapat beberapa teknik atau metoda yang sudah dikenal secara umum (dalam Tugas akhir waktu itu saya merumuskan sebuah metode baru)

Walaupun demikian, wacana navigasi langit masih sangat sedikit dalam khasanah keilmuan di Indonesia, setidaknya dari lingkungan sekitar saya pada waktu itu. Saya ingat ketika saya mempresentasikan TA saya di depan dosen-dosen astronomi di Boscha, mereka semua sangat antusias dan berkomentar (kira-kira) "tema seperti ini belum pernah dibahas di jurusan kita". Oyah, Saya harus berterima kasih kepada staff dosen terutama pak Moedji Raharto (kepala UPT Boscha saat itu) yang telah mengizinkan saya menggunakan teleskop Bosscha yang saya idam-damkan dari kecil. "Kamu tuh mahasiswa non-astronomi pertama yang pernah pakai teleskop ini" kata mas irfan, "kuncen"nya Bosscha.

Di jurusan saya sendiri juga hampir sama, draft TA saya tidak dikembalikan oleh dosen penguji (diminta oleh mereka dengan alasan ingin baca-baca lagi), Lebih-lebih lagi dosen pembimbing saya. beliau bersusah payah mencarikan saya pesawat terbang untuk menguji metode saya (nyewa pesawat kan mahal), Begitu semangatnya beliau rela bangun jam 3 pagi untuk menemani saya berkonsultasi, mengambil data, plus jadi tukang foto! (Dokumentasi foto juga inisiatip beliau, bukan keinginan saya). Terus terang saya tidak akan melupakan kebaikan beliau seumur hidup. Juga semangatnya yang menjadi energi buat saya untuk tidak berputus asa menyelesaikan Tugas Akhir. Sebenarnya saat itu nasib saya sedang berada diujung tanduk antara lulus atau D.O

dengan perkembangan teknologi navigasi sekarang ini, teknik navigasi langit tinggal menjadi seni, bukan lagi menjadi alternatif utama. Ya tidak bisa disalahkan karena teknik navigasi langit memang "agak ribet", namun sebenarnya sangat mengasyikkan. Apalagi kalau mengingat kutipan ayat diatas, rasanya benar-benar menjadi "ulil albab" yang disebut dalam Alqur'an.

Dengan ini saya ingin berkomitmen untuk menshare sedikit banyak teknik navigasi langit yang saya ketahui melalui blog ini. Mudah-mudahan Allah memberi kemudahan. Terus terang sudah lama saya berkeinginan tapi entah kenapa koq belum kesampaian. Tunggu yah postingan-postinganya. Insya Allah....

26 Oktober 2006

Selamat Idul Fitri 1427H

Lebaran tahun ini terjadi kontroversi masalah tanggal harinya. Saya pribadi memilih berlebaran pada tanggal 24 Oktober (dimana sebagian orang berlebaran pada tanggal 23 Oktober). Ngikut pemerintah? lebih tepatnya saya ngikut ilmu. Berdasarkan ilmu astronomi dan dalil-dalil yang saya pahami sampai saat ini, saya berkesimpulan bahwa lebaran jatuh pada tanggal 24 Oktober 2006 (dan tanggal 23-nya saya masih berpuasa).

Mengenai tradisi baru lebaran yaitu "SMS Lebaran", saya menerima cukup banyak sms ucapan selamat lebaran. Sayang beberapa SMS tidak mencantumkan signature atau identitas pengirim (sementara nomor beliau tidak tercantum dalam phone book saya) jadi saya tidak tahu siapa sipengirim (kalau di SMS balik nanyak siapa dia, malu juga). SMS lebaran yang saya kirim sekitar 40-an sms, 20%nya failed atau not sent. Aneh, saya yakin sekali nomornya masih valid. However saya tidak ambil pusing, failed atau not sent, ya wis....

Hari pertama lebaran saya dirumah saja, banyak saudara dari keluarga istri datang kerumah. Hari itu siang begitu panas, sampai-sampai saya lemas dan jatuh sakit di sore harinya (padahal di dalam rumah saja). Pergi kerumah orang tua saya lakukan di hari kedua. Baru tahun ini saya berlebaran ke orang tua di hari ke-dua. Yah, hambatannya masih seperti tahun lalu. Punya anak masih kecil dan usia batita (sekarang ada dua) menyebabkan mobilitas terhambat. Mau pergi sendiri juga kasian sama istri yang kerepotan ngurus dua orang anak karena pembantu juga mudik lebaran.

O yah, tidak lupa saya dan keluarga mengucapkan Selamat Hari raya Idul Fitri 1427H. Taqobalallohu minna wa minkum. Minal aidzin walfaidzin. Mohon dimaafkan atas segala kesalahan dan kekhilafan.

05 September 2006

Hisab Ramadhan - Syawal 1427H

Tidak terasa sudah masuk bula Sya'ban. sebentar lagi Bulan Ramadhan akan Tiba.

Seperti biasa, menjelang ramadhan saya mencoba melakukan hisab dengan teknik yang sederhana. Teknik ini seharusnya bisa dilakukan oleh siapapun.

Sebelum melakukan hisab, ada baiknya kita memeriksa kapan terjadinya Konjungsi atau Ijtimak. Konjungsi adalah saat dimana matahari "menyalip" (mendahului) Bulan. Sebelum ijtimak, matahari ada di belakang bulan, namun setelah ijtimak matahari ada di didepan bulan. Cukup penting untuk mengetahui kapan terjadinya ijtimak, karena kalau terjadinya setelah maghrib, artinya bulan terbenam lebih dahulu daripada matahari. Tidak mungkin tampak hilal. Sebaliknya jika Ijtimak terjadi sebelum maghrib, bisa jadi (tapi bisa juga tidak) akan terlihat hilal karena matahari lebih dahulu terbenam dari pada bulan.

Perlu juga diketahui bahwa semakin ke barat, semakin Jelas Hilal akan terlihat. Jika Indonesia Timur Hilal terlihat, sudah pasti Indonesia Barat Hilal juga terlihat, namun belum tentu terjadi sebaliknya, Bisa jadi Indonsia timur Hilal tidak telihat, namun Indonesia Barat sudah terlihat. Hal ini terjadi karena semakin kearah barat, semakin terlambat matahari terbenam. Karenanya semakin kearah barat, semakin panjang waktu antara terjadinya konjungsi dengan terbenamnya matahari. Hal ini berdampak hilal semakin tinggi terlihat pada saat maghrib.

Mengingat Arab Saudi berada di sebelah barat Indonesia hal yang sama bisa juga terjadi. Jika di Indonesia Hilal terlihat, sudah pasti di Arab Saudi juga, namun belum tentu sebaliknya. Bisa jadi di Indonesia hilal belum terlihat, namun di Arab saudi (dimana maghrib terjadi 4 jam setelah Jakarta) Hilal terlihat. Oleh karena itu sering terjadi Ramadhan/Syawal datang lebih awal di Arab Saudi daripada di Indonesia.

Oke, mari kita lihat.

Berdasarkan kalender bulan dari NASA, ijtimak atau konjungsi bulan akan terjadi :
Ramadhan --> Tanggal 22-09-2006: 11:45 UTC (18:45 WIB)
Syawal ------> Tanggal 22-10-2006: 05:14 UTC (12:14 WIB)

Dari Hasil tersebut terlihat bahwa akhir Ijtimak terjadi pada tanggal 22 september setelah matahari terbenam! (juga berlaku untuk Indonesia tengah dan timur) Bisa dipastikan bahwa hilal tidak mungkin terlihat karena bulan telah terbenam sebelum matahari. Oleh karena itu awal ramadhan dipastikan akan jatuh keesokan lusa yaitu pada tanggal 24 september.

Semetara Ijtimak untuk bulan syawal terjadi pada tanggal 22 Oktober 2006 pada pukul 12.14 WIB. Umur bulan pada saat terbenam kurang lebih lima setengah jam.
Umur bulan yang kurang dari 6 jam biasanya belum cukup umur untuk tampil sebagai hilal, walaupun faktanya pada saat matahari terbenam bulan berada diatas ufuk. untuk itu mari kita chek dengan menggunakan software mooncalc. Hasilnya untuk kota Jakarta adalah sebagai berikut:

Syawal

Hasilnya, ketinggian hilal (di Jakarta) diperkirakan hanya sebesar 0.4 derajat dengan jarak waktu antara terbenam matahari dan terbenam bulan hanya 3 menit 15 detik. kalau ditinjau dari sudut pandang astronomi, ketinggian hilal sebesar ini terlalu tipis untuk bisa dilihat dengan mata telanjang (rata-rata hilal dapat terlihat jika ketinggiannya minimal 5 derajat). Juga kalau ditinjau dari standar departemen agama yang tidak pernah menetapkan Awal bulan jika ketinggian Hilal kurang dari dua derajat, tampaknya kemungkinan besar satu syawal akan jatuh pada Keesokan Lusanya, yaitu tanggal 24 Oktober 2006. Penampakan Hilal di Wilayah Indonesia Timur dipastikan lebih rendah, dan untuk wilayah Ujung barat Indonesia, akan lebih tinggi, namun tidak akan lebih dari dua derajat (silahkan chek). Walau demikian, bisa jadi akan ada sebagian masyarakat yang akan merayakan hari idul fitri pada tanggal 23 Oktober, karena (biasanya seh) ada yang melaporkan penampakan hilal walau secara ilmiah mustahil. Polemik tentang hilal sudah pernah saya tulis di sini.

Secara syar'i penentuan Awal Ramadhan/Syawal adalah berdasarkan Rukyah (penglihatan) bukan berdasarkan Hisab (perhitungan). Saya menduga sebagaimana pengalaman dari tahun-tahun sebelumnya, untuk tahun ini akan ada sedikit "keributan" untuk masalah penetapan akhir ramadhan. Jika benar hendaknya perbedaan yang ada, tidak menjadikan perpecahan diantara umat islam.

Selamat menunaikan Ibadah di bulan Ramadhan.

Posting berkaitan:
Hisab Ramadhan/Syawal 1426H #1
Hisab Ramadhan/Syawal 1426H #2

03 Agustus 2006

Sensitifnya Arah Kiblat

kiblat
Menarik membaca artikel republika yang berjudul Sensitifnya Arah Kiblat. Artikel tersebut menceritakan persoalan arah kiblat yang terukur melalui kompas yang ternyata berbeda-beda antara mesjid satu dengan lainnya, setidaknya ada tiga pilihan, 9, 8.5 atau 7.5. Mungkin kebanyakan mesjid yang didirikan di indonesia mengukur arah kiblat berdasarkan arah yang ditunjukkan kompas. Saya sendiri boleh dibilang tidak pernah menggunakan kompas untuk menentukan arah kiblat, jadi tidak paham maksud dari angka-angka diatas.

Mengutip dari artikel tersebut:
Jamaah ini seorang insinyur, yang setahun ini relatif setia shalat di masjid. Tetapi kemudian ia menemukan satu peta dunia dengan judul US/UK World Magnetic Chart -Rpoch 2000 Declination- Main Field (D). Di situ digambarkan bahwa Indonesia berada pada garis O, dan kalau ditarik garis lurus ke barat, maka menurut penghitungan ini arah kiblat masjid yang sekarang ini menuju ke Tanzania atau Zanzibar di Afrika Timur. Dia dan putera-puteranya pun memilih shalat di rumah.

Mungkin yang dimaksud peta yang ini. Memang sebagian besar wilayah indonesia masuk zona deklinasi "0", namun perlu diketahui bahwa peta tersebut adalah peta global. Tergantung sifat batuan di suatu wilayah, ada kalanya suatu wilayah mempunyai medan magnet yang kuat namun arahnya tidak sama dengan arah medan magnet bumi secara global. Hal ini menyebabkan banyak wilayah belum tentu deklinasinya sama dengan peta global diatas. Dibutuhkan peta lokal untuk menentukan deklinasi wilayah tertentu dan saya belum menemukan untuk wilayah Jakarta. Sebagai contoh bandingkan peta magnet wilayah amerika ini dengan global map diatas. Sangat berbeda bukan? Saya pernah mengukur arah utara dengan kompas (di Jakarta) dan saya pastikan ada selisih yahg cukup signifikan antara utara yang ditunjukkan kompas (magnetic north) dengan "Utara Benar" (true north).

Masalah kedua adalah kata "kalau ditarik garis lurus ke barat", bagaimana menarik garis ini? Jika anda menarik garis lurus dari Jakarta ke Mekkah diatas Peta, arah yang anda dapat bukanlah arah yang sesungguhnya! Mengapa? karena bumi bulat, sementara peta adalah proyeksi Bumi dalam dua dimensi. Dengan demikian akan ada distorsi jika anda menarik garis lurus di atas peta kemudian diproyeksikan di bola bumi. Garis yang demikian ini disebut dengan rhumb line atau loxodrom. Jika anda naik pesawat dari Jakarta mengikuti arah ini, anda tidak akan melewati kota Mekkah, alih-alih malah sampai ke kutub utara. Koq bisa? coba baca-baca artikel wikipedia.

Untuk menghitung sudut bearing (sudut antara arah "utara benar" dengan objek tujuan) harus dilakukan dengan matematika bola. Daripada hitung sendiri (dan belum tentu benar) anda bisa gunakan software ini untuk menghitung bearing kota anda dengan Ka'bah. Sebagai informasi, Ka'bah terletak pada koordinat 39o 49' 34" BT; 21o 25' 21" LU). Rumah saya di daerah Tanjung Priuk berada pada koordinat 106o 53' 12 BT ; 6o 7' 12"LS. Berdasarkan perhitungan dengan software diatas sudut bearing adalah 295,12o (dihitung dari utara berputar searah jarum jam) atau Jika kita menghadap ke barat, geser sebesar 25,12o ke arah utara (true north). Inilah arah kiblat dari Tanjung Priuk Jakarta. Untuk wilayah anda, silahkan hitung sendiri.

Menurut saya cara yang paling mudah menentukan arah kiblat adalah gunakan metode matahari, dan pada saat itu (kalau punya) kalibrasi kompas anda. Atau jika anda bisa mengukur perbedaan antara "utara magnet" dengan "utara benar" seharusnya arah kiblat dengan mudah bisa di tentukan.

Terakhir sebagai penutup, saya ingin mengutip sebuah ayat
"Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui". (Al baqarah: 115).


Jadi yang bener 9, 8.5 atau 7.5? waduh maaf... saya ga punya kompas.

18 Juli 2006

Matahari Mengelilingi Bumi

Saya sudah membaca bukunya. “Matahari mengelilingi bumi, sebuah kepastian Al-Qur’an dan as-Sunnah serta Bantahan terhadap teori bumi mengelilingi matahari” Pengarang: Ahmad Sabiq bin abdul lathif abu yusuf. Penerbit: pustaka al-furqon

Pertama kali dengar masalah ini dari posting di blog harry Sufehmi. Hari minggu kemarin ngobrol-ngobrol dengan seorang teman, ternyata doi punya bukunya. Buku ini saya pinjam dan langsung habis saya baca dalam waktu 3 jam.

Dari apa yang saya baca, menurut saya yang paling mengganggu bukanlah statemen bahwa "matahari mengelilingi Bumi" melainkan bagaimana mereka menafsirkan ayat Alqur'an untuk menjelaskan fenomena alam. Tampaknya kesimpulan ini juga bukan semata-mata hasil pemikiran si penulis, melainkan suatu pemahaman di lingkungan (aliran?) islam tertentu. Menurut saya agak sulit jika kita mendebat pendapat ini (kepada mereka) melalui bukti-bukti empiris, apalagi bukti yang di peroleh dari "ilmuwan kafir" :).

Semua ulama sepakat bahwa Alqur'an bukanlah Kitab Ilmu pengetahuan. Terlalu gegabah menafsirkan fenomena alam yang tertulis dalam Alqur'an secara literal, karena Bahasa Alqur'an menggunakan gaya bahasa sastra tingkat tinggi. menafsirkan alQur'an dibutuhkan keluasan ilmu dari penafsir dalam bidangnya, dan itupun belum tentu 100% benar karena tafsir alQur'an adalah hasil pemikiran manusia, BUKAN AlQur'an itu sendiri.

Ambillah contoh yang mudah. Ayat 14 Surat Ar-Rahman: "Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar". Apa betul tubuh kita terbuat dari tanah kering? Kenyataannya manusia terbuat dari tulang, daging, darah, dll. Apakah dengan demikian AlQur'an Salah?

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat ayat-ayat bagi orang-orang yang berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka (Ali Imran 190-191).

AlQur'an sendiri mengatakan bahwa fenomena alam, juga adalah ayat-ayat Allah (ulama menyebutnya sebagai Ayat Kauniyah). Inilah yang seharusnya dilakukan untuk memahami Alam semesta: mentafakuri fenomena alam yang terjadi disekitar kita. Ayat kauniyah "terbaca" (namun belum tentu di tafakuri) oleh semua umat, baik muslim dan non-muslim. Perbedaannya adalah apakah ayat-ayat ini akan semakin meningkatkan keimanan ataukah menambah kekufuran? Akankah kita mengingkari Ayat-ayat Kauniyah ini? yang artinya juga mengingkari AlQur'an terutama Ali imran ayat 190.

heliocentris vs Geocentris
Buku ini menuduh para pengikut aliran heliocentris sebagai pro-Kafir (Karena pencetus heliocentris Copernicus yang adalah orang kafir). Benarkah? Statemen ini dengan mudah dapat dibalik, karena aliran geocentris juga (sebelum islam) dicetuskan oleh "orang kafir" diantaranya Plato, Aristoteles dan yang paling masyhur Claudius Ptolomeus. Dari pada berdebat masalah ini coba kita buka lagi lembar sejarah. Buku ini memiliki banyak ketidak konsistenan. Penulis mencaci maki "ilmuwan kafir" seperti Aristotles dan Pythagoras, padahal se-ide dan sepaham dengan penulis. (tentang geocentris). hal ini menunjukkan ketidakpahaman penulis tentang sejarah.

Dari wikipedia, teori heliocentris pertamakali (diketahui) di gagas oleh Yajnavalkya dalam kitab Shatapatha Brahmana (abad 9 SM). Orang Yunani kuno yang mempunyai ide ini pertama kali adalah Aristarchus (abad 3 SM) dan abad pertengahan adalah Ilmuwan india bernama Aryabhata (476–550M),

Ilmuwan muslim pada awalnya mengikuti paham geocentris. Namun seiring dengan perkembangan ilmu astronomi (yang juga dibangun oleh banyak ilmuwan muslim pada masanya), mengalami banyak masalah dengan dengan teori ini. Akhirnya seorang ilmuwan muslim bernama ibnu al-Shatir (1304–1375M), dalam kitabnya yang berjudul Nihayat as-Sul fi Tashih al-Usul mengagas teori heliocentris. Perlu diketahui masa hidup Ibnu Shatir adalah sebelum Copernicus (1473-1543M). Penelitian ahli sejarah menemukan bahwa karya Copernicus mirip dengan yang diperoleh oleh Ibnu Shatir sehingga muncul dugaan bahwa pemikiran Copernicus adalah hasil mencontek dari Ibnu Shatir (nahh!!).

geocentris ataupun heliocentris, belum terdengar (setidaknya oleh saya) ilmuwan muslim pada saat itu saling menghujat apa lagi saling mengkafirkan satu sama lain.

Kesimpulan: Matahari Mengelilingi Bumi?
menurut saya pribadi, kesimpulan ini (matahari mengelilingi bumi) benar, dengan catatan bahwa Alqur'an menggunakan bumi sebagai acuam diam. tidak salah toh? Jika bumi sebagai acuan diam maka seluruh benda langit secara relatif bergerak mengelilingi Bumi. Namun kesimpulan sebaliknya juga tidak salah. Bukti empiris menunjukkan bahwa Bumilah yang mengelilingi matahari. Bukti empiris adalah Ayat kauniyah yang juga datangnya Dari Allah SWT dan keduanya (ayat AlQur'an dan ayat Kauniyah) tidak saling bertentangan karena dalam AlQur'an tidak tertulis secara explisit bahwa matahari mengelilingi bumi (atau sebaliknya).
Lalu mengapakah karena hal ini kita saling menghujat sesama muslim?

09 November 2005

Selamat Idul Fitri 1426 H

Lebaran tahun ini buat saya pribadi agak "sepi". Kenapa? karena biasanya di hari pertama ada acara kumpul keluarga besar, namun tahun ini hanya kumpul keluarga inti (ibu, bapak, saudara serta ponakan). sepupu2, om dan tante tidak ketemu. Lebaran ini praktis saya tidak kemana-mana, hanya kerumah orang tua di Babelan dan rumah mertua di Bogor. Sebenernya ada rencana mengunjungi saudara2 yang lain, tapi si kecil agak bikin ribet orang tuanya. pembantu mudik dan rumah ditinggal bertiga saja. Berdua dari pagi ngurus rumah dan si kecil, siangnya udah capek. Kalau memaksakan pergi, saya tidak tega sama istri saya yang lagi hamil muda. Kalau punya mobil seh asik, tapi kenyataannya kan belum :(.

However, walau begitu semua itu ada hikmahnya, toh anak adalah titipan illahi (koq jadi kayak judul sinetron?). Alhamdulillah beberapa teman yang sudah lama tidak berjumpa menyempatkan diri berkunjung kerumah. Makasih ya... SMS ucapan lebaran yang saya kirim ada sekitar 100-an SMS, 10% failed (mungkin udah ganti nomor) and 75% Reply. Sebagian customer menelpon. selain ngucapin selamat lebaran, juga menanyakan problem di servernya, hehehe...

Tidak terasa udah back to work lagi. Semoga puasa yang kemarin ada "bekasnya" dalam aktivitas harian setelah idul fitri serta mendapat balasan dari Allah SWT. Amin....

04 Oktober 2005

Marhaban Ramadhan

ramadhan 2005

Mengucapkan
selamat menunaikan ibadah di bulan suci Ramadhan 1426H

-ech-

27 September 2005

Hisab Ramadhan/Syawal 1426H #2

Berkaitan dengan penentuan awal ramadhan dan syawal tahun ini, sebenarnya saya sedang menunggu-nunggu "fatwa" dari observatorium Bosscha. Koq Bosscha, bukan NU/ Muhammadiyah, Persis, atau lainnya? Bukan apa-apa koq. Saya lebih menyukai perhitungan dari kalangan akademik yang relatif lebih netral. Lagi pula "fatwa" yang saya maksud adalah analisa kedudukan bulan, bukan penentuan jatuhnya tanggal satu ramadhan. Sambil nunggu karena sampai hari ini belum keluar juga, saya coba-coba hitung sendiri.

Metode pertama, lihat almanak Bulan dari NASA, untuk bulan Oktober/ November tahun 2005 konjungsi bulan atau Ijtimak adalah:
Ramadhan --> Tanggal 03-10-2005: 10:28 UTC (17.28 WIB)
Syawal -------> Tanggal 02-11-2005: 01:25 UTC (08.25 WIB)

Metode ini sangat sederhana, hanya melihat kapan Konjungsi terjadi. dengan dasar teori yang telah dijelaskan di artikel #1, konjungsi awal ramadhan terjadi pada tanggal 3 Oktober 2005 pukul 17.28 WIB, sekitar 15 menit menjelang terbenam matahari. Ketinggian hilal pada hari itu sangat rendah, mustahil terlihat (Hilal biasanya terlihat jika jarak antara konjungsi dengan saat matahari terbenam adalah lebih dari 6 jam). Praktis bisa disimpulkan awal ramadhan jatuh pada lusa harinya yaitu tanggal 5 Oktober 2005. Sementara Konjungsi awal syawal terjadi pada tanggal 2 November 2005 pukul 08.25 WIB. Selisih waktu sekitar 9 1/2 jam dari waktu terbenam matahari. Saat matahari terbenam ketinggian hilal dipastikan cukup tinggi untuk terlihat. Maka hari raya idul fitri kemungkinan besar terjadi pada tanggal 3 November 2005 (tergantung apakah hilal benar telihat atau tidak). Panjang bulan Ramadhan tahun ini adalah 29 hari.

Metode kedua. Gunakan tool yang ada diinternet. saya menggunakan Mooncalc. Dengan tools ini untuk posisi di Jakarta (106d 45m BT; 06d 08m LS) hasilnya adalah sbb:

Ramadhan 1426H
Ramadhan 1426H
Dari hasil diperoleh bahwa pada tanggal 3 Oktober 2005 Bulan berada dibawah ufuk!. Artinya mustahil terlihat hilal. KEsimpulannya ramadhan jatuh pada tanggal 5 Oktober 2005

Syawal 1426H
Syawal 1426H
Dari hasil tidak ada informasi tentang ketinggian hilal, namun terdapat informasi bahwa umur bulan juga diketahui adalah 9 jam 22 menit. selisih waktu terbenam matahari dan bulan (sunset-moonset) adalah 13 menit 46 detik. Jika di hitung dengan asumsi bulan dan matahari beredar dengan lintasan yang memotong titik zenith secara tegak lurus, ketinggian hilal adalah 3,44 derajat. Dari hasil ini kemungkinan hilal akan terlihat dan warga jakarta akan merayakan lebaran pada tanggal 3 November 2005. Hasil dari metode kedua tidak jauh berbeda dengan metode pertama.

Untuk lebih pasti mari kita tunggu hasil hisab dari pakar yang berwenang.

UPDATE
Pengumuman dari pemerintah (u.p departemen agama) pada3 oktober 2005, satu ramadhan jatuh pada tanggal 5 Oktober 2005 sesuai hasil perhitungan diatas. Selamat menunaikan ibadah puasa.

25 September 2005

Hisab Ramadhan/Syawal 1426H #1

hilalMenjelang ramadhan, mungkin ada yang bertanya, kenapa sering sekali umat islam berselisih paham tentang penentuan awal ramadhan/syawal? Padahal dengan teknologi yang ada saat ini harusnya perhitungan posisi bulan sudah sangat akurat. Benar sekali untuk pernyataan bahwa metode perhitungan posisi bulan saat ini sudah akurat, namun masalah yang ada adalah definisi "Hilal" itu sendiri.

Perdefinisi, hilal adalah bulan sabit pertama kali yang terlihat setelah bulan mengalami konjungsi. Konjungsi adalah suatu saat dimana matahari dan bulan berada segaris di garis ekliptik. kadang konjungsi menghasilkan gerhana matahari, dimana piringan bulan tepat menutupi piringan matahari, namun hal ini tidak selalu terjadi karena bidang orbit bulan tidak berhimpit dengan bidang ekliptika (bidang edar bumi mengelilingi matahari). Jika bidang edar bulan mengelilingi bumi satu bidang dengan bidang edar bumi mengelilingi matahari, maka kita akan melihat gerhana matahari dan gerhana bulan setiap bulan.

Konjungsi juga adalah kondisi dimana matahari tepat "menyalip" bulan. Gerak semu harian matahari lebih cepat sekitar hampir satu jam setiap harinya dibanding gerak semu harian bulan. Hal ini menyebabkan bulan setiap harinya terlambat terbit/terbenam di banding matahari.

Jika konjungsi terjadi sebelum matahari terbenam, dipastikan saat matahari terbenam Bulan masih berada diatas ufuk. Pada saat itulah Hilal seharusnya akan terlihat. Masalahnya, tebalnya atmosfir di sekitar garis horison dan lemahnya cahaya hilal menyebabkan hilal tidak selalu terlihat. Semakin sore terjadinya konjungsi, semakin rendah ketinggian hilal dan semakin lemah cahaya hilal. Disinilah terjadi perbedaan pendapat. Sebagian orang berpendapat, bahwa hilal haruslah "terlihat". Walaupun (berdasarkan perhitungan) hilal berada diatas ufuk namun tidak ada seorangpun yang melihat, maka esok hari belumlah menjadi awal bulan. Dipihak lain, Keberadaan hilal diatas ufuk secara matematis, sudah menjadi bukti de-facto bahwa esok hari adalah sudah masuk awal bulan.

Ada sedikit masalah lain, yaitu pertanyaan "Seberapa tinggi bulan agar terlihat sebagai hilal?" Para ahli astronomi telah memperhitungkan kriteria penampakan hilal. Menurut mereka, hilal baru akan terlihat pada ketinggian sekitar 6-7 derajat dari garis horison. Dibawah itu akan sangat sulit bahkan pada ketinggian yang lebih rendah lagi akan mustahil terlihat. Berbagai negara mempunyai kriteria yang berbeda-beda untuk ketinggian hilal yang pasti terlihat, rata-rata menetapkan antara 4-6 derajat. Di indonesia tidak terlalu jelas kriterianya, Konon seh sekitar 2 derajat! Jadi jika secara perhitungan ketinggian hilal ramadhan tahun ini adalah 2 derajat kurang sedikit, pemerintah cenderung menetapkan awal bulan pada lusa harinya, karena hilal mustahil terlihat, dan tidak ada satupun "kru pengamat hilal dari pemerintah" yang melihat. Namun ada saja orang yang berhasil melihat hilal dengan ketinggian serendah itu yang menyebabkan ada sebagian masyarakat yang memulai puasa keesokan harinya. Untuk kasus seperti ini, saya pribadi agak ragu jika ada yang mengaku melihat hilal serendah itu. Saya tidak pernah melihat hilal, namun mengutip perkataan salah satu dosen astronomy di ITB dalam seminar tentang hilal beberapa tahun lalu "Itu pasti salah lihat!"

Namun jawaban dari pertanyaan diatas "Seberapa tinggi bulan agar terlihat sebagai hilal?" belum terjawab secara tuntas. Dibutuhkan sebuah riset yang lebih mendalam. Saya pribadi memandang pemerintah indonesia (yang sekarang) kurang wibawa untuk menetapkan awal ramadhan secara tegas karena ulah para penjabat yang tidak bisa dipercaya (udah.. udah... jangan ngelantur ngomongin politik). However, jika ada perbedaan yang terjadi hendaklah jangan jadi bibit perpecahan. Mengenai penentuan awal ramadhan ini Allah berfirman dalam Alqur'an "...Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.." (QS. Albaqoroh: 185). Yang penting, selalu menetapkan sesuatu dengan ILMU.

wallahu a'lam bisshowab.

30 Mei 2005

Kalibrasi Kiblat

Beberapa hari ini saya terima banyak email (lebih dari 4 buah) berupa forward-an email berisi informasi bahwa pada tanggal 278 mei pukul 16.18 WIB, matahari akan berada tepat tegak lurus di atas kota mekah, menjadikan momen ini sebagai waktu yang tepat untuk mengkalibrasi arah kiblat.

Seorang teman melalui email mengkonfrimas hal ini "bener ga ni ech?" "bener..." jawab saya. "tapi yang saya tahu bukan tanggal 27 mei melainkan tanggal 28 mei". However kalau cuma meleset sehari tampaknya tidak ada perbedaan yang berarti. Saya sendiri luput memeriksa arah kiblat saya pada tanggal dan jam tersebut karena sedang berada di jalan tol.

Berkaitan tentang email diatas, tahukah anda bahwa:
- Dalam setahun matahari 2x tepat berada di atas mekkah
- Dan sebaliknya dalam setahun matahari juga 2x tepat berada di bawah kota mekkah

Jadi sebenarnya umat islam di buka bumi (bukan di planet lain la yaa..) berkesempatan 4x dalam setahun untuk melakukan kalibrasi arah kiblat, yaitu:

* Pada saat matahari tepat tegak lurus diatas ka'bah
(berarti arah bayangan membelakangi kiblat) yaitu:
28 mei pukul 16:18 WIB
16 Juli pukul 16:27 WIB

* Pada saat matahari tepat tegak lurus di bawah kiblat
(berarti arah bayangan menuju arah kiblat) yaitu:
28 November pukul 04:09 WIB (21:09 UT)
17 Januari pukul 04:29 WIB (21:29 UT)

Yang dua terakhir ini tidak bisa jadi penentu arah kiblat di indonesia
(karena matahari di bawah ufuk), tapi cocok sebagai penentu arah kiblat di wilayah lain di dunia yang waktunya berbeda dengan indonesia, misalnya daerah amerika atau eropa.

Jadi, buat yang kemarin kelewat mengkalibrasi arah kiblat, jangan tunggu sampai tahun depan, bulan Juli ini akan terjadi lagi. Untuk wilayah eropa atau amerika tunggu sampai bulan november depan.

Terus, buat yang suka ngejunk, forward saja informasi ini menjelang tanggal 16 Juli besok, heheh...

15 Desember 2004

The Quran

Tidak sesuai dengan URL-nya, thequran website adalah "Christian Resources About Islam" dan berisi kebohongan tentang agama islam.

12 Oktober 2004

Marhaban yaa Ramadhan

Bulan yang di tunggu-tunggu segera datang....
Marhaban yaa ramadhan.
buat teman-teman dan para pemirsa semua, saya memohon maaf atas segala kesalahan. semoga Alloh membersihkan jiwa dan diri serta menerima semua amal ibadan kita.

However, akhirnya saya terima juga informasi tentang penentuan awal ramadhan dan syawal 1425 hijriah di situs astronomi ITB

Berikut adalah copy paste info tersebut, semoga bermanfaat

---
1. Awal Ramadhan 1425 H

Ijtimak atau konjungsi akhir Sya’ban 1425 H (Bulan dan Matahari pada posisi bujur ekliptika yang sama) akan berlangsung pada hari Kamis, tanggal 14 Oktober 2004 pada jam 09:48 wib.

14 Oktober 2004

Posisi Bulan pada saat Matahari terbenam pada tanggal 14 Oktober 2004 di wilayah Indonesia mempunyai tinggi antara 2 hingga 4 derajat.

Meurauke:
Pada hari Kamis, tanggal 14 Oktober 2004 di Meurauke (lintang f= ?08o 30' atau ?08o.500 dan bujur geografis l= +140o 27' atau 140o.450 Bujur Timur), Matahari terbenam pada jam 15:33 wib dan Bulan terbenam pada jam 15:42 wib. (Senja Astronomi berakhir pada jam 16:46 wib). Tinggi Bulan saat Matahari terbenam pada tanggal 14 Oktober 2004 adalah +2o 13'. Fraksi Luas sabit Bulan (terhadap bundaran Bulan) pada ketinggian tersebut adalah 0%.

Sabang:
Pada hari Kamis, tanggal 14 Oktober 2004 di Sabang ( lintang geografis f = +5o 34' atau +5o.900 dan l = bujur geografis 95o 19' (95o.350) Bujur Timur) Matahari terbenam pada jam 18:24 wib dan Bulan terbenam pada jam 18:39 wib. (Senja Astronomi berakhir pada jam 19:37 wib). Tinggi Bulan saat Matahari terbenam pada tanggal 14 Oktober 2004 adalah +3o 36'. Fraksi Luas sabit Bulan (terhadap bundaran Bulan) pada ketinggian tersebut adalah 0%.

Pelabuhan Ratu:
Pada tanggal 14 Oktober 2004 di Pelabuhan Ratu ( lintang geografis f = ?7o.12 dan l = bujur geografis 106o.433 ) Matahari terbenam pada jam 17:48 wib dan Bulan terbenam 14 menit kemudian atau terbenam pada jam 18:02 wib. Kedudukan Bulan pada saat Matahari terbenam pada tanggal 14 Oktober 2004 itu adalah +03o 25' (3 derajat 25 menit). Fraksi Luas sabit Bulan (terhadap bundaran Bulan) pada ketinggian tersebut adalah 0%.

Ukuran sabit Bulan tersebut merupakan sabit Bulan yang belum dapat dikenali oleh mata bugil manusia sebagai hilal. Namun menurut tradisi Hisab-Rukyat di Indonesia beberapa tahun terakhir, menunjukkan “kesepakatan” bahwa ketinggian Bulan pada saat Matahari terbenam di atas 2 derajat telah bisa dipergunakan menetapkan awal Ramadhan, Syawal atau Dzulhijjah. Pada tanggal 14 Oktober 2004 tinggi Bulan saat Matahari terbenam mencapai +03o 25' (di seluruh wilayah Indonesia tinggi Bulan saat Matahari terbenam mencapai 2 hingga 4 derajat). Oleh karenanya shaum 1 Ramadhan 1425 H dimulai pada hari Jum’at tanggal 15 Oktober 2004, tarawih dimulai pada tanggal 14 Oktober 2004.

Mekah:
Pada hari Kamis, tanggal 14 Oktober 2004 di Mekah (lintang f= +21o 25' atau +21o.417 dan bujur geografis l= +39o 50' atau 39o.833 Bujur Timur), Matahari terbenam pada jam 21:57 wib atau 17:57 waktu local dan Bulan terbenam pada jam 22:15 wib atau jam 18:15 waktu lokal. (Senja Astronomi berakhir pada jam 19:14 waktu lokal atau 23:14 wib). Tinggi Bulan saat Matahari terbenam pada tanggal 14 Oktober 2004 adalah +4o 07'. Fraksi Luas sabit Bulan (terhadap bundaran Bulan) pada ketinggian tersebut adalah 0%.

15 Oktober 2004

Meurauke:
Pada hari Jum’at, tanggal 15 Oktober 2004 di Meurauke (lintang f= ?08o 30' atau ?08o.500 dan bujur geografis l= +140o 27' atau 140o.450 Bujur Timur), Matahari terbenam pada jam 15:33 wib dan Bulan terbenam pada jam 16:35 wib. (Senja Astronomi berakhir pada jam 16:46 wib). Tinggi Bulan saat Matahari terbenam pada tanggal 15 Oktober 2004 adalah +14o 35'. Fraksi Luas sabit Bulan (terhadap bundaran Bulan) pada ketinggian tersebut adalah 2%.

Pada hari Jum’at, tanggal 15 Oktober 2004 di Sabang ( lintang geografis f = +5o 34' atau +5o.900 dan l = bujur geografis 95o 19' (95o.350) Bujur Timur) Matahari terbenam pada jam 17:48 wib dan Bulan terbenam pada jam 18:55 wib. (Senja Astronomi berakhir pada jam 19:00 wib). Tinggi Bulan saat Matahari terbenam pada tanggal 15 Oktober 2004 adalah +15o 40'. Fraksi Luas sabit Bulan (terhadap bundaran Bulan) pada ketinggian tersebut adalah 2%.

Pada hari Jum’at, tanggal 15 Oktober 2004 di Pelabuhan Ratu ( lintang geografis f = ?7o.12 dan l = bujur geografis 106o.433 Bujur Timur) Matahari terbenam pada jam 17:48 wib dan Bulan terbenam pada jam 18:55 wib. (Senja Astronomi berakhir pada jam 19:00 wib). Tinggi Bulan saat Matahari terbenam pada tanggal 15 Oktober 2004 adalah +15o 40'. Fraksi Luas sabit Bulan (terhadap bundaran Bulan) pada ketinggian tersebut adalah 2%.

Ukuran sabit Bulan tersebut merupakan sabit Bulan yang dapat dikenali oleh mata bugil manusia sebagai hilal. Sebagian masyarakat muslim ada yang memulai awal shaum Ramadhan 1425 H atas dasar kriteria visibilitas hilal tersebut di atas, misalnya Brunei Darussalam, awal shaum Ramadhan 1425 H lebih cenderung memilih hari Sabtu tanggal 16 Oktober 2004.

Mekah:
Pada hari Jum’at, tanggal 15 Oktober 2004 di Mekah (lintang f= +21o 25' atau +21o.417 dan bujur geografis l= +39o 50' atau 39o.833 Bujur Timur), Matahari terbenam pada jam 21:56 wib atau 17:56 waktu local dan Bulan terbenam pada jam 22:55 wib atau jam 18:55 waktu lokal. (Senja Astronomi berakhir pada jam 23:14 wib atau jam 19:14 waktu lokal). Tinggi Bulan saat Matahari terbenam pada tanggal 15 Oktober 2004 adalah +12o 29'. Fraksi Luas sabit Bulan (terhadap bundaran Bulan) pada ketinggian tersebut adalah 3%.
2. Awal Syawal 1425 H

Ijtimak atau konjungsi akhir Ramadhan 1425 H (Bulan dan Matahari pada posisi bujur ekliptika yang sama) akan berlangsung pada hari Jum’at, tanggal 12 November 2004 pada jam 21:27 wib.

12 November 2004

Posisi Bulan pada saat Matahari terbenam pada tanggal 12 November 2004 di wilayah Indonesia masih berada sekitar 3 sampai 4 derajat di bawah ufuk/horizon.

Meurauke:
Pada hari Jum’at, tanggal 12 November 2004 di Meurauke (lintang f= ?08o 30' atau ?08o.500 dan bujur geografis l= +140o 27' atau 140o.450 Bujur Timur), Matahari terbenam pada jam 15:37 wib dan Bulan terbenam pada jam 15:17 wib. (Senja Astronomi berakhir pada jam 16:53 wib). Tinggi Bulan saat Matahari terbenam pada tanggal 12 November 2004 adalah ?4o 16'. Fraksi Luas sabit Bulan (terhadap bundaran Bulan) pada ketinggian tersebut adalah 0%.

Sabang:
Pada hari Jum’at, tanggal 12 November 2004 di Sabang ( lintang geografis f = +5o 34' atau +5o.900 dan l = bujur geografis 95o 19' (95o.350) Bujur Timur) Matahari terbenam pada jam 18:19 wib dan Bulan terbenam pada jam 18:05 wib. (Senja Astronomi berakhir pada jam 19:00 wib). Tinggi Bulan saat Matahari terbenam pada tanggal 12 November 2004 adalah ?3o 06'. Fraksi Luas sabit Bulan (terhadap bundaran Bulan) pada ketinggian tersebut adalah 0%.

Pelabuhan Ratu:
Pada tanggal 12 November 2004 di Pelabuhan Ratu ( lintang geografis lintang f= ?7o 07' atau f = ?7o.12 dan l = bujur geografis 106o 26' atau 106o.433 bujur timur) Matahari terbenam pada jam 17:51 wib dan Bulan terbenam pada jam 17:37 wib. Tinggi Bulan saat Matahari terbenam pada tanggal 12 November 2004 adalah ?3o 00'. Fraksi Luas sabit Bulan (terhadap bundaran Bulan) pada ketinggian tersebut adalah 0%.

Bagi yang memulai shaum Ramadhan 1425 H pada tanggal 15 Oktober 2004 pada tanggal 12 November 2004 merupakan hari ke 29 pada bulan Ramadhan 1425 H. Tradisi Rukyat (mengamati Hilal) dilakukan pada tanggal 29 Ramadhan untuk memastikan apakah Ramadhan cukup 29 hari atau digenapkan 30 hari. Karena pada tanggal 12 November 2004 pada saat Matahari terbenam di seluruh wilayah Indonesia belum berlangsung fenomena ijtimak (baru berlangsung pada malam hari jam 21:27 wib) dan Bulan terbenam 14 menit lebih dulu sebelum Matahari terbenam, maka secara astronomi mustahil untuk mendapatkan Hilal pada tanggal 12 November 2004, oleh karena itu tanggal 13 November 2004 masih bagian dari bulan Ramadhan 1425 H dan satu Syawal 1425 H akan bertepatan dengan hari Ahad, tanggal 14 November 2004. Shalat Ied 1425 H akan berlangsung pada hari Ahad, tanggal 14 November 2004.
Mekah
Pada hari Jum’at tanggal 12 November 2004 di Mekah (lintang f= +21o 25' atau +21o.417 dan bujur geografis l= +39o 50' atau 39o.833 Bujur Timur), Matahari terbenam pada jam 21:39 wib atau 17:39 waktu local dan Bulan terbenam pada jam 21:30 wib atau jam 17:30 waktu lokal. (Senja Astronomi berakhir pada jam 22:59 wib atau jam 18:59 waktu lokal). Tinggi Bulan saat Matahari terbenam pada tanggal tanggal 12 November 2004 adalah ?1o 39'. Fraksi Luas sabit Bulan (terhadap bundaran Bulan) pada ketinggian tersebut adalah 0%.

13 November 2004

Meurauke:
Pada hari Sabtu, tanggal 13 November 2004 di Meurauke (lintang f= ?08o 30' atau ?08o.500 dan bujur geografis l= +140o 27' atau 140o.450 Bujur Timur), Matahari terbenam pada jam 15:37 wib dan Bulan terbenam pada jam 16:18 wib. (Senja Astronomi berakhir pada jam 16:54 wib). Tinggi Bulan saat Matahari terbenam pada tanggal 13 November 2004 adalah +9o 13'. Fraksi Luas sabit Bulan (terhadap bundaran Bulan) pada ketinggian tersebut adalah 1%.

Sabang:
Pada hari Sabtu, tanggal 13 November 2004, di Sabang Matahari terbenam pada jam 18:19 wib dan Bulan terbenam pada jam 19:00 wib atau 41 menit setelah Matahari terbenam. Tinggi Bulan pada saat Matahari terbenam adalah +09o 10', sabit Bulan mencapai 1%, sabit Bulan tersebut telah mencapai ukuran sabit Bulan yang dapat dilihat oleh mata bugil (di kawasan ekuator) sebagai hilal.

Pelabuhan Ratu:
Pada hari Sabtu, tanggal 13 November 2004, di Pelabuhan Ratu matahari terbenam pada jam 17:51 wib dan Bulan terbenam pada jam 18:38 wib atau 47 menit setelah Matahari terbenam. Tinggi Bulan pada saat Matahari terbenam adalah +10o 26', sabit Bulan mencapai 1%, sabit Bulan tersebut telah mencapai ukuran sabit Bulan yang dapat dilihat oleh mata bugil (di kawasan ekuator) sebagai hilal.

Bagi yang memulai shaum Ramadhan 1425 H pada tanggal 16 Oktober 2004 pada tanggal 13 November 2004 merupakan hari ke 29 pada bulan Ramadhan 1425 H. Tradisi Rukyat (mengamati Hilal) dilakukan pada tanggal 29 Ramadhan untuk memastikan apakah Ramadhan cukup 29 hari atau digenapkan 30 hari. Pada tanggal 12 November 2004 pada saat Matahari terbenam di seluruh dunia akan dengan mudah dapat menyaksikan hilal, karena luas sabit bulan telah mencapai 1% . Di wilayah Indonesia saat Matahari terbenam dan Bulan terbenam 14 menit lebih dulu sebelum Matahari terbenam, maka secara astronomi mustahil untuk mendapatkan Hilal pada tanggal 12 November 2004, oleh karena itu tanggal 13 November 2004 masih bagian dari bulan Ramadhan 1425 H dan satu Syawal 1425 H akan bertepatan dengan hari Ahad, tanggal 14 November 2004. Shalat Ied 1425 H akan berlangsung pada hari Ahad, tanggal 14 November 2004.

Jadi diharapkan shalat Ied 1425, satu Syawal 1425 H akan diselenggarakan secara serempak oleh umat Islam Indonesia pada hari Ahad 14 November 2004. Shalat tarawih berakhir pada hari Sabtu tanggal 13 November 2004.

Mekah:
Pada hari Sabtu tanggal 13 November 2004 di Mekah (lintang f= +21o 25' atau +21o.417 dan bujur geografis l= +39o 50' atau 39o.833 Bujur Timur), Matahari terbenam pada jam 21:39 wib atau 17:39 waktu local dan Bulan terbenam pada jam 21:30 wib atau jam 17:30 waktu lokal. (Senja Astronomi berakhir pada jam 22:59 wib atau jam 18:59 waktu lokal). Tinggi Bulan saat Matahari terbenam pada tanggal tanggal 13 November 2004 adalah +8o 21'. Fraksi Luas sabit Bulan (terhadap bundaran Bulan) pada ketinggian tersebut adalah 2%.

Lembang, 12 Oktober 2004

Dr Moedji Raharto
Staf Akademik Observatorium Bosscha- Departemen Astronomi FMIPA ITB
(Anggota BHR Jabar dan BHR Nasional)
Tlp 022 2787635