Menjelang ramadhan, mungkin ada yang bertanya, kenapa sering sekali umat islam berselisih paham tentang penentuan awal ramadhan/syawal? Padahal dengan teknologi yang ada saat ini harusnya perhitungan posisi bulan sudah sangat akurat. Benar sekali untuk pernyataan bahwa metode perhitungan posisi bulan saat ini sudah akurat, namun masalah yang ada adalah definisi "Hilal" itu sendiri.
Perdefinisi, hilal adalah bulan sabit pertama kali yang terlihat setelah bulan mengalami konjungsi. Konjungsi adalah suatu saat dimana matahari dan bulan berada segaris di garis ekliptik. kadang konjungsi menghasilkan gerhana matahari, dimana piringan bulan tepat menutupi piringan matahari, namun hal ini tidak selalu terjadi karena bidang orbit bulan tidak berhimpit dengan bidang ekliptika (bidang edar bumi mengelilingi matahari). Jika bidang edar bulan mengelilingi bumi satu bidang dengan bidang edar bumi mengelilingi matahari, maka kita akan melihat gerhana matahari dan gerhana bulan setiap bulan.
Konjungsi juga adalah kondisi dimana matahari tepat "menyalip" bulan. Gerak semu harian matahari lebih cepat sekitar hampir satu jam setiap harinya dibanding gerak semu harian bulan. Hal ini menyebabkan bulan setiap harinya terlambat terbit/terbenam di banding matahari.
Jika konjungsi terjadi sebelum matahari terbenam, dipastikan saat matahari terbenam Bulan masih berada diatas ufuk. Pada saat itulah Hilal seharusnya akan terlihat. Masalahnya, tebalnya atmosfir di sekitar garis horison dan lemahnya cahaya hilal menyebabkan hilal tidak selalu terlihat. Semakin sore terjadinya konjungsi, semakin rendah ketinggian hilal dan semakin lemah cahaya hilal. Disinilah terjadi perbedaan pendapat. Sebagian orang berpendapat, bahwa hilal haruslah "terlihat". Walaupun (berdasarkan perhitungan) hilal berada diatas ufuk namun tidak ada seorangpun yang melihat, maka esok hari belumlah menjadi awal bulan. Dipihak lain, Keberadaan hilal diatas ufuk secara matematis, sudah menjadi bukti de-facto bahwa esok hari adalah sudah masuk awal bulan.
Ada sedikit masalah lain, yaitu pertanyaan "Seberapa tinggi bulan agar terlihat sebagai hilal?" Para ahli astronomi telah memperhitungkan kriteria penampakan hilal. Menurut mereka, hilal baru akan terlihat pada ketinggian sekitar 6-7 derajat dari garis horison. Dibawah itu akan sangat sulit bahkan pada ketinggian yang lebih rendah lagi akan mustahil terlihat. Berbagai negara mempunyai kriteria yang berbeda-beda untuk ketinggian hilal yang pasti terlihat, rata-rata menetapkan antara 4-6 derajat. Di indonesia tidak terlalu jelas kriterianya, Konon seh sekitar 2 derajat! Jadi jika secara perhitungan ketinggian hilal ramadhan tahun ini adalah 2 derajat kurang sedikit, pemerintah cenderung menetapkan awal bulan pada lusa harinya, karena hilal mustahil terlihat, dan tidak ada satupun "kru pengamat hilal dari pemerintah" yang melihat. Namun ada saja orang yang berhasil melihat hilal dengan ketinggian serendah itu yang menyebabkan ada sebagian masyarakat yang memulai puasa keesokan harinya. Untuk kasus seperti ini, saya pribadi agak ragu jika ada yang mengaku melihat hilal serendah itu. Saya tidak pernah melihat hilal, namun mengutip perkataan salah satu dosen astronomy di ITB dalam seminar tentang hilal beberapa tahun lalu "Itu pasti salah lihat!"
Namun jawaban dari pertanyaan diatas "Seberapa tinggi bulan agar terlihat sebagai hilal?" belum terjawab secara tuntas. Dibutuhkan sebuah riset yang lebih mendalam. Saya pribadi memandang pemerintah indonesia (yang sekarang) kurang wibawa untuk menetapkan awal ramadhan secara tegas karena ulah para penjabat yang tidak bisa dipercaya (udah.. udah... jangan ngelantur ngomongin politik). However, jika ada perbedaan yang terjadi hendaklah jangan jadi bibit perpecahan. Mengenai penentuan awal ramadhan ini Allah berfirman dalam Alqur'an "...Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.." (QS. Albaqoroh: 185). Yang penting, selalu menetapkan sesuatu dengan ILMU.
wallahu a'lam bisshowab.
2 komentar:
Assalamu'alaikum.
Posting ini udah lama banget sekitar 3 tahun yg lalu. Tp karena baru menemukan skr (2008/08/07) lwat gugel, ketika mencari tahu apa itu konjungsi, jadi yahhh tak komen juga.
Sy hanya ingin lebih tahu secara awam bagaiman pergerakan bulan mengelilingi bumi, sampai akhirnya harus terjadi konjungsi. Berapa hari sekali konjungsi akan terjadi ?
wa'alaikum salam.
pak sidhi, dilihat dari bumi matahari dan bulan 'seakan-akan' bersama-sama mengelilingi bumi namun dengan kecepatan berbeda. setiap hari, bulan lebih cepat terbit sekitar 53 menit dibanding matahari. sehingga setiap bulannya (setiap 29/30 hari sekali) ada masa dimana bulan mendahului matahari. Kalau ibarat balapan mobil, setelah lap ke 29 atau ke-30 terjadi overlap. Saat itulah yang disebut konjungsi. mudah-mudahan penjelasan saya mudah dipahami
Posting Komentar