02 Desember 2006

Laptop untuk Istriku

M100Beberapa waktu terakhir ini istri saya agak mengeluh tentang waktunya yang kurang produktif. Di sekolah jam mengajar berkurang, tapi (peraturannya) harus tetap disekolah sampai jam sekolah berakhir. Sementara tugas membuat skenario pembelajaran, laporan hasil nilai dan lain-lain tidak bisa dikerjakan di rumah karena kerepotan mengurus anak. Di sekolah fasilitas komputer kurang nyaman. Ada komputer, tapi banyak masalah (virus, error program) dan juga harus saling berbagi. Kesimpulannya setelah selesai mengajar istri saya agak "luntang-lantung" disekolah, padahal masih banyak tugas-tugas yang harus dikerjakan.

Maka saya katakan kepada istri " Wahai istriku, yang engkau butuhkan adalah sebuah laptop. Dengan itu kamu bisa lebih produktif di sekolah, dan juga dirumah. Sekarang katakan, laptop model gimana yang engkau inginkan?" Sebenarnya saya sudah mengusulkan untuk membeli laptop sejak beberapa bulan lalu, namun istri saya menolak dengan alasan belum begitu perlu (lagi pula ada PC dirumah). "Baiklah suamiku, kalau boleh daku ingin laptop yang tidak usah terlalu mahal, tapi kecil dan ringan". Kebutuhan istriku kebanyakan hanyalah untuk mengedit/ mengetik naskah dan paling jauh untuk presentasi mengajar di kelas. Oleh karena itulah menurutnya tidak perlu laptop yang canggih dan mahal. "Baiklah istriku. Kita nanti jalan-jalan di Mangga dua, siapa tahu ada yang berkenan dihatimu".

Sebenarnya requirement istri saya agak kontradiktif. Kecil biasanya ringan, tapi murah? Ada ga ya?? Ketika jalan-jalan di mall Mangga dua dan di Orion Dusit disebelahnya saya perhatikan laptop sekarang sudah murah-murah. dengan budget 7 jutaan, sudah dapat laptop baru merk Acer atah HP dengan chip centrino. tambah 1.5 juta lagi bisa dapat centrino duo. Kalau mau cari merk yang kurang terkenal malah bisa dapat 4 jutaan (tapi bukan centrino). Namun dari semua yang saya lihat rata-rata ukuran layarnya 14"-15". Masih kegedean kata istri saya. Ada seh yang agak kecilan, namun harganya yang ga tahan. Setidaknya 16 jutaan kalau di kurs rupiah. Masih kemahalan kata istri saya.

Akhirnya sampai di suatu toko, mata kami tertuju pada laptop bekas yang dipajang: Toshiba Portege M100. Saya tanya pendapat istri saya, dia bilang yang seperti ini juga boleh. Kami tanya ke penjual dan sedikit tawar menawar di peroleh harga 6 juta + bonus upgrade memory ke 512MB, mouse dan tas. Spesifikasi: Centrino 1,2GHz, Mem 256MB, HDD 40GB.

I Know, dengan dana 6 juta kami bisa dapat laptop baru. tapi ini biar bekas tapi barang bagus. Kelas Portege yang saya tahu adalah Kelas High-end di jajaran Toshiba. Saya chek di internet, review pengguna untuk laptop seri M100 ini sangat baik. Kecuali ini adalah barang bekas, laptop ini memenuhi semua requirement dan budjet.

Samapi rumah dilakukan sidang itsbat. Calon yang masuk adalah di jajaran HP Pavilion dan Acer Travelmate. Keduanya barang baru dengan chip centrino seharga 7.5 jutaan. Istri saya akhirnya memilih Toshiba Portege M100 diatas. Pertimbangannya masih sama: kecil, ringan, murah.Saya kembali menelpon toko yang bersangkutan menanyakan jaminan garansi dan kualitas barang. Dari beberapa pembicaraan dengan beberapa teman, resiko membeli laptop bekas adalah barangnya sudah tidak original (onderdilnya di tukar-tukar) dan yang parah: tidak ada garansi (cuma garansi toko, itu juga cuma 3 bulan). Jawaban dari toko cukup memuaskan saya. Saya putuskan untuk membeli dan sampai rumah langsung saya chek spesifikasi dengan tool yang sama miliki, sekalian burn test. Kesimpulannya, onderdil laptop kelihatannya masih original dan masih OK. Batre pun saya chek masih tahan 3.5 jam. Hebat, Batre laptop saya sendiri cuma tahan 1 jam (Bukan laptop baru seh). Eh... di bawahnya koq ada stiker COA (Certified of Authority) Windows XP? Berarti kalau saya install windows XP ga ngebajak dong? xixixi.....

Mudah-mudahan saya tidak salah pilih. Istri saya sendiri kelihatannya happy dengan laptop barunya dan dipuji oleh rekan-rekan guru lain sebagai laptop terkecil dan ringan di sekolah (di sekolah sebagian guru banyak yang sudah memiliki laptop). Setelah punya laptop istri saya berjanji mau belajar Linux, mengarang buku dan juga nge-blog. Bagus lah...

Ngomong-ngomong sebenernya saya juga disarankan untuk membeli laptop baru oleh kantor. Yang sekarang saya pakai adalah properti kantor. Jika saya membeli laptop baru (dengan spesifikasi terserah saya), harga akan dibayar kantor dan laptop menjadi milik saya pribadi. Asik... tapi saya malah bingung mau beli yang mana. Laptop yang saya pakai sekarang adalah IBM Thinkpad R51. Sebenarnya saya ga ada masalah dengan laptop yang sekarang, malah sangat happy sampai-sampai saya berpikir apakah (kalau beli) laptop baru akan bisa sehebat laptop ini? Mungkin acara beli laptopnya ditunda sampai awal tahun depan...

1 komentar:

pyuriko mengatakan...

laptop baru,... senangnya.