Awalnya saya ga niat punya kartu kredit. tapi karena iming2 dan mohon2 dari sodara yang lagi butuh nasabah baru untuk menggenapkan quotanya, saya bikin kartu kredit. Pertimbangannya: siapa tahu karena kepentingan mendesak, kapan2 butuh belanja pakai kartu kredit. Sebenernya saya menghindari punya utang, apalagi ke bank (iya, saya punya utang ke bank: bayar cicilan rumah selama 15 tahun. Jangan nambah lagi deh) Untuk belanja-belanja mending gunakan kartu debet atau sekalian bayar kontan.
Sekali coba pakai kartu kredit adalah untuk beli kamera digital. Saya gunakan fasilitas e****y. dengan pertimbangan bunga rendah dan fleksibilitas pembayaran. Setelah beberapa bulan kemudian saya menyadari/ mengalami:
- ternyata selama cicilan e****y saya belom lunas limit kartu kredit saya di"freeze". Artinya, jika limit saya 4 juta, kemudian saya belanja barang dengan e****y sebesar 3.8 juta, berarti sebelum cicilan tersebut lunas, limit saya tinggal 200.000. Mau belanja apaan dengan limit 200.000? Kalau cicilan e****y saya program lunas dalam setahun, berarti dalam setahun itu praktis saya tidak bisa menggunakan kartu kredit (karena limitnya tinggal sedikit), lalu untuk apa saya bayar iuran tahunan dan jadi member? Kesimpulannya jangan pakai e****y
- Setiap bulan ada biaya materai sebesar belasan rebu. Belanja sekali kenapa bayar materainya setiap bulan?
- Beberapa kali saya di telp dari pihak penerbit kartu kredit cuma untuk menawarkan produk lain (seperti asuransi, eazyloan, dll) yang saya jadi malas melayaninya karena mbak-mbak tersebut agak "maksa" (sebenernya ga maksa, tapi mereka merayu pantang menyerah sementara saya pribadi ga suka ngomong kasar di telpon). Setelah saya ganti nomor telp HP mereka ga nelpon lagi. Tapi ehh.. mereka nelpon ke rumah dan bertanya pada orang rumah. Orang rumah tidak bisa di salahkan karena mereka pikir (orang bank menelpon kerumah) pasti ada urusan penting, padahal ujung-ujungnya nawarin produk juga.
- Dua kali saya di telpon dari perusahaan lain (semacam biro wisata) melalui telpon rumah dan sekali ke nomor telpon kantor. Disitu saya dinyatakan beruntung memenangkan voucher menginap/ berlibur di hotel berbintang + akomodasi pesawat yang awalnya berbunga-bunga tapi ujung-ujungnya ada biaya administrasi (yang lumayan besar) yang akan langsung di kreditkan lewat kartu kredit saya. Howcome mereka tahu nomor telpon rumah dan kantor? Kalau saja nomor HP saya belum ganti mungkin mereka akan menelpon ke HP. Ketika saya tanya dari mana saya dapat hadiah ini, mereka katakan karena saya pernah berbelanja di Supermarket besar (Carefour/ Giant). Apa iya saya pernah belanja, lalu katakanlah kemudian mengisi formulir undian (padahal saya ingat-ingat tidak pernah tuh) apa saya isi nomer telpon kantor? sepertinya tidak pernah. Jadi dari mana?
Rasanya Punya kartu kredit malah terancam dibikin bangkrut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar