Walau saya tinggal di indonesia, seumur-umur belum pernah pergi ke pulau Bali yang terkenal itu. namun kesempatan itu akhirnya datang juga ketika saya ditugaskan untuk mengerjakan proyek untuk kantor JAL di Bandara Ngurah Rai, Denpasar. Ke Bali saya pergi berdua dengan salah seorang teknisi rekanan perusahaan.
Pesawat berangkat jam 7 pagi tapi ditunggu-tunggu sampai pukul 07.30 rekan saya ini tidak kelihatan batang hidungnya. Saya mulai panik. Masalahnya saya tidak diberitahu nomor HP yang bersangkutan (pokoknya ketemuan aja di terminal, begitu katanya). Kalau saya tinggal masuk pasti doi akan ketinggalan pesawat. tapi kalau saya tungguin, ga jelas kapan datang. Bisa-bisa kami berdua tidak jadi berangkat. Panik nomor dua, ternyata hari ini nomor HP saya tidak bisa dipakai untuk menelpon keluar, padahal kemarin masih bisa. Apa karena saya nunggak atau Satelindo sedang bermasalah? (saya menggunakan Matrix). Perasaan, urusan pembayaran nomor HP sudah diurus oleh autobill dari Kartu kredit yang saya miliki.
Akhirnya saya putuskan untuk boarding duluan. buat yang terlambat, ya apa boleh buat dari pada ga jadi berangkat semua lebih baik nanti nyusul dengan membeli tiket lagi. Baru saja saya duduk didalam pesawat, telp saya berbunyi (untung belum saya matikan). Ternyata rekan saya ini baru saja datang (dan baru menghubungi saya!), dan menunggu di luar terminal. Saya minta tolong pramugari setempat untuk menolong rekan saya ini yang tidak bisa boarding karena tiketnya ada pada saya (sampai minjam HP-nya segala. Makasih mbak), alhamdulillah, akhirnya kami berdua bisa berangkat.
Di Bali ngapain sih? urusan pekerjaan sebenarnya ga terlalu susah koq. Manajmen IT JAL berencana melakukan upgrade terhadap infrastruktur jaringan mereka. Tugas kami mempersiapkan infrastrutur penunjang. Salah satunya memasang system rack. Harusnya yang menginstall system rack adalah dari vendor rack itu sendiri, namun karena ga ada budjet untuk mengirim teknisi rack ke Bali, kami sendiri yang harus memasangnya. Dasar ga pengalaman pasang rack, begitu hampir selesa(tinggal pasang pintu) ternyata rack yang kami pasang tiangnya terbalik semua. Hahah... harus bongkar ulang dari awal lagi. Untungnya urusan pekerjaan yang lain seperti switch, router, modem backup dan lain-lain tidak ada masalah berarti. Kami bekerja cepat dan lembur sampai jam 10 malam supaya keesokan harinya bebas tugas dan bisa jalan-jalan dengan santai.
OK sekarang cerita tentang Bali. Kesan pertaman adalah nuansa mistis. Baru kali ini saya pergi ke tempat yang dimana-mana disediakan sesajen (Bahkan dalam ruangan kantor). Kalau saja ada sesajen disekitar rumah saya sudah pasti saya buang, tapi di Bali saya harus menghormati kepercayaan setempat.
Satu hari bebas saya di Bali tidak saya habiskan untuk sekedar berlibur dan beristirahat, saya pergi kebanyak tempat untuk sekedar survey, kalau-kalau suatu waktu saya kembali kesini untuk libur betulan. Dengan menyewa sepeda motor dengan tarif Rp 50 ribu sehari, saya keliling-liling sekitar Pantai Kuta, sanur dan Benoa. Sayang waktu saya di Bali sangat sempit. Naik motor sampe ngebut 70an km/ jam (motornya Yamaha Mio Bo!, ga enak dipake ngebut) tidak cukup untuk jalan sampai ke Nusa Dua dan uluwatu.
Tentang makanan di Bali saya anggap relatif murah (setidaknya untuk ukuran orang Jakarta). Harga jajanan makanan di Bali tidak jauh beda dengan harga makanan sekelas di jakarta termasuk jajanan kakilimaan. Orang bilang di Bali susah cari makanan halal (untuk muslim), bagi saya tidak susah koq (tergantung wilayah kali yaa...), Tinggal cari spanduk "halal" atau "muslim" ada banyak dimana-mana.
Alhamdulillah, urusan pekerjaan lancar dan setelah tiga hari dua malam berada di bali. Saya akhirnya kembali dengan selamat ke Jakarta. Setidaknya dalam perjalanan singkat ini saya sedikit banyak mengetahui situasi di Bali. Insya Alloh suatu saat saya akan kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar